Minggu, 26 Februari 2012

Dolly (1983)



Tjahjo Purnomo – Ashadi Siregar, Dolly: Membedah Dunia Pelacuran Surabaya, Kasus Kompleks Pelacuran Dolly, Grafiti Pres, Cetakan Pertama, 1983, 156 hlm. Ukuran: 14,5 x 21 cm



Di Semarang ada Sunan Kuning. Di Jakarta ada Kramat Tunggak. Di Yogya ada Sarkem. Hampir di setiap kota ada kompleks lokalisasi. Tapi mungkin tak ada yang semasyhur dan sefenomenal Dolly di Surabaya. Dolly adalah ‘safety tank’-nya kota Surabaya. Sebagaimana fungsinya, safety tank menghimpun dan mengelola ‘bau busuk’ di satu  wadah saja dan tak membiarkannya menyebar ke mana-mana.

Kamis, 23 Februari 2012

Gitanjali: Suara dari Timur (1952)

Rabrindanath Tagore, Gitanjali, disalin oleh Amal Hamzah, Cetakan Pertama, Penerbit Kebangsaan  Pustaka Ra’jat, 1952, 116 hlm. Ukuran 12x15 


Pada tahun 1914, Rabrindanath Tagore, sastrawan, pendidik, filosof, pembaharu sosial, dan pemusik memperoleh Hadiah Nobel bidang kesusasteraan. Penghargaan ini terutama ditujukan pada karya-karya puisinya, Gitanjali. Ia menjadi orang Asia pertama yang memperoleh penghargaan bergengsi tersebut. Sejak itu, namanya terkenal dan pengaruhnya meluas, karya-karyanya diterjemahkan ke berbagai bahasa, tak terkecuali di Indonesia.

Sukarno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (1966)


Bung Karno Penjambung Lidah Rakjat Indonesia, Cindy Adams, terjemahan Abdul Bar Salim, Cetakan Pertama, Gunung Agung, 1966, 470+xxiii hlm.



Ada banyak riwayat Sukarno. Tapi dari yang banyak itu, karya Candy Adams, seorang  jurnalis Amerika ini, menurut saya tetap istimewa. Mengapa? Karena ia disampaikan Sukarno langsung kepada Cindy Adams (“as told to Cindy Adams”). Dengan demikian, bisa dikatakan, inilah “Sukarno menurut Sukarno sendiri.” Sejarah kehidupan Sukarno yang resmi. Sayang sekali dalam versi Indonesia, hal yang sangat penting ini tidak muncul. Judulnya diubah dengan aspek yang lebih barbau propaganda, Sukarno sebagai “penyambung lidah rakyat Indonesia.”