Minggu, 26 Februari 2012

Dolly (1983)



Tjahjo Purnomo – Ashadi Siregar, Dolly: Membedah Dunia Pelacuran Surabaya, Kasus Kompleks Pelacuran Dolly, Grafiti Pres, Cetakan Pertama, 1983, 156 hlm. Ukuran: 14,5 x 21 cm



Di Semarang ada Sunan Kuning. Di Jakarta ada Kramat Tunggak. Di Yogya ada Sarkem. Hampir di setiap kota ada kompleks lokalisasi. Tapi mungkin tak ada yang semasyhur dan sefenomenal Dolly di Surabaya. Dolly adalah ‘safety tank’-nya kota Surabaya. Sebagaimana fungsinya, safety tank menghimpun dan mengelola ‘bau busuk’ di satu  wadah saja dan tak membiarkannya menyebar ke mana-mana.


Mau tau Dolly? Silahkan datang ke sana, karena konon sekadar jalan-jalan dan melihat-lihat saja bisa. Dari balik kaca kita bisa menyaksikan para perempuan pekerja seks menjajakan dirinya. Tapi mau tahu bagaimana Dolly 30 tahun lalu, bacalah buku ini! Ini bukan buku mengenai sejarah Dolly. Buku ini pada dasarnya adalah kajian sosiologis mengenai Dolly, kompleks dunia pelacuran di Surabaya, yang dilakukan pada awal 1980an. Ya 30 tahun lalu, dan karena itu kini statusnya telah menjadi buku sejarah: sejarah dolly!


Boleh jadi inilah buku yang paling lengkap pada zamannya mengenai  Dolly khususnya dan kompleks dunia pelacuran umumnya. Awalnya adalah sebuah skripsi dari Tjahjo Purnomo di FIP Unair Surabaya. Zaman itu konon jarang sekali sebuah skripsi diterbitkan, maka dengan itu, buku ini fenomenal di dalamnya karena berasal dari sebuah skripsi mahasiswa S1. Tapi kalau kita membacanya, kita mungkin akan kaget luar biasa karena kualitasnya bisa dikatakan setara, bahkan mungkin melebihi, karya disertasi. Catat saja, kajian ini menghadirkan 72 tabel, yang saya kira akan terus menjadi perbandingan historis untuk melihat Dolly di masa kini, atau kompleks pelacuran sejenis, di tempat lain. Barangkali penting diingat peran Ashadi Siregar, novelis dan ahli komunikasi UGM, yang melalui ‘kerja penyuntingan’nya membuat buku ini lebih dari sekadar buku! Ya buku ini memang sebuah kajian tentang Dolly dan para penghuninya: pelacur, germo, preman, dan lainnya.


Kita memang tidak menemukan foto-foto dokumentasi di dalam buku ini. Kamera jelas masih merupakan barang langka dan tidak murah kala itu. Tetapi yang utama, mungkin memang tidak mudah juga untuk memotret. Tapi bekerjasama dengan penerbit buku ini, mereka menghadirkan sejumlah sketsa bagaimana ruang, gaya, cara berpakaian, pola duduk, dan lain-lain saat itu.

Setelah terbit pada tahun 1983, buku ini di tahun-tahun kemudian sempat dicetak beberapa kali lagi, karena besarnya minat pembaca. Sekali lagi buku ini telah menjadi laporan sejarah yang penting bagaimana kompleks Dolly, yang diambil dari nama germo perintisnya, Dolly, dan dikembangkan dari sebuah area pemakaman, menjelsa sebagai ‘trade mark’ sebuah kota.

Ayo rek ke Surabaya! Ayo rek ke Dolly! Mari kita buktikan sifat ‘kepahlawanan’ di sana!




1 komentar:

  1. The Casino in Kansas City - JTM Hub
    The casino offers 천안 출장샵 gaming and 보령 출장안마 a 구리 출장마사지 casino 안성 출장샵 entertainment facility. The 수원 출장마사지 hotel offers free self-parking and laundry facilities. The casino is located at the center of the

    BalasHapus